Hallo, ketemu lagi dengan tulisan
saya yang amatiran di blog yang sudah sekian lama saya tinggalan yang mungkin
sudah berdebu dan banyak serangga ini :(.
Saya akan coba bersihkan debu-debu ini dengan menulis lagi. Awal saya membuat
blog ini memang disuruh sama dosen creative writing waktu semester 4 wah wah
sudah 1 tahun yang lalu. However, thank you Mam Septi to ask me to make this
blog :)
Sore tadi saya mendengar ibu-ibu
di depan rumah yang tengah membeli sesuatu di warung kecil milik mbak saya,
mereka tengah menggoda anak perempuan yang juga tetangga saya. Dia masih SMP
namun badannya lebih besar dari saya. Mereka menggoda yang isinya kurang lebih
begini “kamu bentar lagi nikah ya” dia jawab “ahh engga lah aku mau lulus SMA
dulu”, salah satu dari ibu itu menjawab “lah belum tentu nyampe SMA orang
sekarang aja udah pengen pacaran mending nikah aja daripada keluarnya dedek
duluan, wong perempuan baru dipegang sininya saja sudah ser-seran.”
Saya tak tahu apa yang dimaksud
ibu itu entah bagian mana, karna saya hanya mendegarkan dari kamar saya yang
kebetulan di depan sehingga obrolan mereka begitu jelas terdengar di telinga
saya, yang jelas kalimat itu benar-benar tidak pantas untuk diperdengarkan oleh
seorang perempuan yang masih SMP. Mengapa mereka tak bisa memberi semangat dan memberi
anak perempuan itu dorongan untuk bersekolah dan meraih cita-cita setinggi
mungkin.
Saya cukup prihatin dengan banyaknya anggapan di lingkungan saya yang
mengatakan untuk apa sekolah tinggi kalau ujungnya menikah dan hanya mengurusi
anak serta suami. Rasanya saya ingin memberi kuliah umum pada mereka tentang
hal ini, bukan karena saya pandai dalam berbicara, bukan karena saya sok
pintar. Tapi saya hanya ingin meluruskan pandangan mereka yang salah 100%.
Padahal apakah mereka seharusnya tahu bahwa anak lahir dari rahim seorang
perempuan, ia juga berhak mempunyai ibu yang cerdas, yang tahu bagaimana
mendidik anak dengan baik melalui agama, moral dan pendidikan. Apakah mereka
tak tahu bahwa ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Jadi walaupun
kita semua hanya menjadi ibu rumah tangga nantinya problem solving untuk
menghadapi masalah rumah tangga dan anak yang semakin modern akan dibantu
dengan berbagai pengalaman dan pendidikan yang kita miliki. FYI dulu ibu saya
hanya bersekolah sampai SD, beliau sangat ingin
melanjutkan sekolah namun tak bisa karna keterbatasan biaya. Namun ia
tak ingin anaknya bernasib sama dengannya, ia rela ikut bekerja demi masa depan
anak-anaknya sampai saya lulus di perguruan tinggi. I am proud of her and I
won’t to make her disappointed again. Memang, pendidikan tinggi tak menjamin
kita menjadi orang yang sukses berkarir, sukses dalam jabatan. Tapi percayalah
ada banyak pelajaran dan pengalaman yang dapat kita ambil didalamnya. Kalau ada
yang bilang saat wisuda “selamat datang para calon pengagguran” semua itu salah
besar, kerena menurut saya hanya orang yang tidak kreatif dan tak bisa menggali
potensi diri yang menganggur terlalu lama setelah wisuda. So many things that
you can do after graduation, and it makes money! Are you curious? Just try and
prove it!
Komentar
Posting Komentar